dark
Pernah dengar kata2 kalau 'Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya?' dan katanya 'laki-laki yang tidak pernah menyakiti hati perempuannya adalah seorang ayah', kurang lebih seperti itu beberapa kata2 yg menggelikan ketika aku baca.
Mungkin kata2 itu benar, tapi tidak berlaku dihidupku. Dia yg seharusnya menjadi cinta pertama tp nyatanya dia yg membuat hati anak perempuannya patah bahkan remuk.
Tidak tau pastinya ini bermula sejak kapan, duniaku serasa suram, gelap... hitam tidak, putih pun tidak, dikatakan abu-abu pun sepertinya terlalu bewarna.
Dulu, berselisih paham dengan kedua orang tuaku amat sangat wajar, terlebih bapak yg jarang pulang karena pekerjaanya.. tp semakin kesini segalanya tampak runyam, tidak bisa dilihat. Dirasakan pun terlalu sesak.
Kurang lebih 17 tahun yg lalu, ketika kami masih hidup dengan segala keterbatasan tapi tetap bisa merasakan 'hidup', aku masih bisa merasakan tempat pelarian teraman ketika ibuku marah-marah adalah berlari ke'bapak'. Dengan alasan apa saja dan cerita gawur yang ada, 'bapak' akan selalu percaya dengan apa yang aku ucapkan, kurang lebih ingatanku menyimpan kenangan seperti itu. Cerita lain dari 17 tahun yang lalu, kami masih sering menikmati 'hidup' dengan bersepeda untuk pergi ke rumah teman kerja bapak atau ke kerabat. Tentu saja itu sepeda dari 'meminjam' tetangga. But all is well. Semua berjalan dengan baik dan bahagia sampai kami bisa mempunyai sepeda sendiri. Ini menjadi kenangan 'terbaik' dan juga kenangan 'menyenangkan' terkahir yang aku rasakan. Aku lupa rasa bahagianya seperti apa, tp aku benar2 bahagia.
Setauku, ini kenangan terakhir aku merasakan 'hidup' dengan 'beliau'.
10 tahun yang lalu, sepertinya 'hidupku' sudah mulai berubah. Berubah lebih suram, menyedihkan dan aku sering memikirkan bahwa aku menjalani hidupku 'sendiri'. Tidak tau apakah memang karena pikiranku atau karena memang keadaannya seperti ini, tapi aku benar2 merasakan bahwa hidupku jauhhhhh sekali berubah. Aku benar-benar mulai membencinya.
3 tahun masa SMK aku melaluinya dengan susah payah. Menangis ketika kartu test belum dibagikan karena belum membayar uang SPP bulanan, ataupun menangis meratapi kenapa 'hidupku bisa menjadi seberantakan ini'. Sikulas sekolahku seperti itu. Aku banyak ketawa, tapi aku juga merasakan perih atau sakitnya hidup yang aku jalani saat ini.
Aku mencoba berdamai.
Aku mencoba berdamai dengan apa yang ada saat ini, berkali kali tapi ada saja yang mematahkan. Tidak benar benar bisa berdamai dengan keadaan.
Tidak ada yang bisa memilih, bukan juga untuk menyalahkan takdir. Aku tidak bisa memilih, aku anak dari siapa. Begitupun kedua orangtuaku, beliau sama sama tidak bisa memilih. Anak mana yg nantinya akan menjadi 'anakny'.
Seringkali aku berfikir kenapa aku tidak seberuntung mereka. setidaknya bisa merasakan hidup tanpa ada gangguan yang menyebabkan hidupmu seakan hilang.
Apakah aku membencinya? Tentu saja aku benar2 membencinya. Lantaran aku benci, apakah aku takut ketika aku nantinya kehilangannya? Takut itu ada, kehilangannya itu pasti akan terjadi. Aku tidak tau perasaan seperti apakah yang akan timbul nantinya ketika aku kehilangannya. Terpikir di otakku, aku tidak punya kenangan hidup yang baik dengannya, beberapa waktu dihabiskan dengan beradu argumen dan berujung cek cok, amarah, bentakan yang membuat aku benar2 membencinya. Aku hanya menyayangkan, aku tidak punya kenangan yang cukup baik dengannya selain kenangan 17tahun yang lalu :)
Sudut pandang yang berbeda.
Aku sudah melakukan pemahaman dan penglihatan dari sudut pandang yang berbeda, ya.. memang jelas berbeda dengan sudut pandangku. Tapi sudut pandangku tidak terus terusan salah. Aku bisa mencoba memandang dari sudut pandang yg berbeda, tapi sepertinya dia tidak pernah.
Lupa.
Mungkin, dia juga lupa. Dia punya dua anak perempuan yang semakin tumbuh dewasa dan bersikap 'logis' dalam menyikapi permasalahan hidup. Dia sering lupa bahwa anak perempuannya juga butuh untuk lebih 'diperhatikan' seperti dia memperhatikan saudaranya.
Hadist, ayat al-quran, ceramah, perkataan kyai.
Beberapa hal yang sering sekali aku tidak percaya. Bukan, bukan hadist maupun ayat al-quran. ya melainkan soal ceramah dan perkataan kyai yang membuat hidupku menjadi lebih suram dan berangsur suram. Aku membencinya benar benar membencinya.
Aku butuh bantuan, butuh sekali. seseorang yang bisa mendengar seluruh cerita suram hidupku. Tidak perlu dokter, hanya butuh orang yang bisa mendengarkan dan tidak menyalahkan atas apa yang sudah aku lakukan selama ini. Aku butuh orang yang benar2 setuju dengan apa yang aku lakukan
Amarah dan emosi
Dua hal yang amat sangat tidak bisa dihindari ketika beradu argumen dengan laki laki paruh baya yang katanya pemimpin keluarga ini. Merasa ingin dihormati sebagai orang tua, dan harus ikut setuju dalam setiap tindakannya membuat aku benar2 gila dan ingin melayangkan pukulan yang amat sangat keras dibagian kepalanya. Bagaimana mungkin dia benar2 ingin dihormati dan didengarkan sedangkan perlakuannya saja amat sangat tidak masuk akal.
Aku tidak tau mengapa aku benar2 bisa bersikap keras kepala seperti ini, tapi yang aku pikirkan, aku hanya ingin menyelamatkan aku. Menyelamatkan ibu dan adikku agar tetap bisa hidup. Aku benar benar membencinya.
Kenangan pahit.
Beberapa tahun yang lalu, aku kembali beradu argumen kembali dengan laki laki ini, masalahnya tetap sama. Ya karena saudaranya. Aku masih ingat rasa sakit hati ketika dia berucap 'apa koe orak ngrt nek pakmu rejekine lancar kui gro2 ngopeni ponakanmu sg cah yatim a.k.a saudaranya. I was really shocked when I hear that. Kayak nganggepnya aku, ibuku itu gak ngaruh bagi hidupnya HA? Mulai saat itu, aku berhenti mendoakannya. Aku benar2 tidak bisa merasakan 'hidup' yang sebenarnya.
Aku sudah kehilangan separuh dari hidupku, separuh dari warasku..aku ingin pulang.
For whoever reading this, i hope God gets through you anything you are strunggling with.
Komentar
Posting Komentar